Cara Saya berbagi tentang : Curhat The Brandals Menuju 'Baybeats Festival' Singapura Untuk Menambah Wawasan

Cara Saya berbagi tentang Curhat The Brandals Menuju 'Baybeats Festival' Singapura kepada teman-teman sobat blogger dirumah Tujuan artikel Curhat The Brandals Menuju 'Baybeats Festival' Singapura menambah wawasan Jika Sobat Suka Dengan Curhat The Brandals Menuju 'Baybeats Festival' Singapura dapat sharing dengan yang lainnya Ya udah Langsung saja Membaca Curhat The Brandals Menuju 'Baybeats Festival' Singapura pada blog ini
Jakarta - Band The Brandals menjadi salah satu pengisi acara dalam 'Baybeats Festival' di Singapura. Yuks ikuti curhat perjalanan The Brandals, langsung dari sang vokalis, Eka Annash.
Eka Annash lewat surat elektroniknya kepada Detikhot, Senin (6/9/2010) curhat tentang perjuangan The Brandals untuk bisa bergabung dalam festival tersebut. Ternyata butuh waktu dua tahun buat mereka untuk mewujudkan hal tersebut. Awal 2008, The Brandals menerima email undangan tampil dari salah satu staf Esplanade (organizer venue di mana 'Baybeats' digelar). Hingga akhirnya The Brandals baru bisa tampil pada 22 Agustus lalu.

Sabtu, 21 Agustus 2010

Kami berangkat Sabtu (21/8) siang dan tiba di Changi Airport sekitar pukul 4 sore waktu Singapura. Sebuah mini van dari panitia sudah menunggu untuk mengantar kami ke hotel Royal Queen di daerah Bras Basah. Setelah berbuka puasa di Bugis (Maghrib tiba pukul 7.15 di Singapura!) kami langsung melangkah menuju Esplanade. Berjalan sejauh hampir 1,5 km dan diteruskan melalui underpass yang membawa kami muncul langsung di lobi Esplanade untuk menikmati pertunjukan 'Baybeats'.

Di situ digelar Chill Out stage di mana musisi dan band yang tampil cenderung lebih downbeat dan eksperimental. Kami melanjutkan perjalanan untuk mengecek Powerhouse Stage. Walaupun agak sulit bergerak karena ramainya pengunjung, kami sampai juga di areal Powerhouse yang sedang digempur oleh Chicosci, band emo asal Fillipina. Di tengah-tengah set tiba-tiba saja Chicosci menyanyikan salah satu lagu Carrie Underwood yang membuat kami mengernyitkan dahi sambil berpandangan aneh. Are they for real?

Panggung Powerhouse adalah panggung terbesar di areal Esplanade yang sepertinya memang diperuntukkan penampilan line-up dengan musik lebih keras dan agresif. Panggung sebesar 10x6 m ini tampak megah disiram tata lampu bermacam warna dengan sound system minimal 30 ribu watt yang terdengar menggelegar maksimal. Tidak sabar rasanya ingin menjajah panggung.

Sekitar pukul 10.30 malam kami memutuskan untuk kembali ke hotel untuk istirahat. Sempat berhenti sebentar di City Hall untuk makan malam, kami kembali berjalan ke hotel. Menikmati megahnya arsitektur gedung sekitar dan mengagumi tata letak kota Singapura yang tampaknya tidak pernah berhenti untuk direnovasi dan diperbaiki kualitasnya. Tidak habis kami berpikir jauhnya jarak waktu yang harus dicapai pemerintah daerah Jakarta untuk bisa mencapai keteraturan struktur kosmopolitan Singapura. Mungkin baru bisa tercapai 5 atau 6 generasi di bawah kami. Itupun kalau Jakarta belum tenggelam dilalap Laut Jawa.

Minggu, 22 Augustus 2010

Kami berangkat menuju Esplanade untuk sound check yang dijadwalkan pukul 12.30 bersama LO kami, Sham. Sampai di sana, Sham membawa kami ke areal underground, terletak tepat di bawah Esplanade yang cukup luas. Setibanya di venue, semua terlihat kompeten sebagai teknisi dalam menghandle instrumen. Efektif dan efisien, jadwal sound check selesai tepat dalam waktu 1 jam.

Tepat pukul 6 kami berangkat menuju Esplanade. Sampai di venue, kami langsung digiring ke backstage untuk bersiap. Di panggung ada The Zozi asal Malaysia yang sedang beraksi hingga tepat pukul 7 maalm. Ada jeda sekitar 30 menit antar line-up diberikan untuk mengatur alat. Di ruang artis belakang panggung kami sibuk menaburkan bedak ke sekujur badan (trik yang kami curi dari Nine Inch Nails di tur 'Downward Spiral') sehingga seluruh ruangan tertutup kabut putih. Walaupun sudah ada larangan karena khawatir lantai panggung akan licin, tapi kami nekat. What the heck, kalau sudah terlanjur mau diapain? hehehe..

Sekitar pukul 7.30 kami naik pentas. Membuka set dengan lagu 'Start Bleeding!' yang akan dirilis di album berikut. Tentu saja tidak ada satu-pun penonton yang kenal lagu ini, tapi semua terlihat takjub terpaku pandangannya ke panggung melihat penampilan The Brandals yang mirip mayat baru keluar dari kubur. Eka tampil lengkap dengan jubah drakula dan memprovokasi penonton dengan sindiran dan banyolan untuk membuat penonton bergerak.

Di satu titik ada kerumunan kecil yang tampaknya WNA asal Eropa/Amerika yang terlihat agresif bergerak dan bergoyang di tempat. Lagu demi lagu dengan intensitas tinggi menghajar penonton. Serangkaian track yang diambil dari 3 album The Brandals seperti 'City Boy', 'Moonlight Child', 'Vague n' Hollow' serta nomor baru Love Detox dimainkan. "Does anyone here drink and did drugs?" tanya Eka di jeda lagu dan kontan kumpulan bule tadi mengangkat gelas mereka sambil berteriak "YEAAHH!!!"

Sekitar 30 menit The Brandals menggempur total 7 lagu dengan sambutan antusias dari penonton. Walaupun ini adalah penampilan kedua di Singapura (pertama kali di Art House tahun 2007), masih banyak mungkin yang belum kenal The Brandals. Tapi itu tidak mengurangi tingginya respon untuk bergerak. Lagu penutup 'Black Boy Dynamite Blues' mengajak  koor massal menjadi klimaks orgasme memuaskan antara personel dan penonton.

Selesai membereskan instrumen, kami pun menyelinap ke belakang panggung untuk bertemu Igor Cavalera dan istrinya Laima Leyton yang ternyata sangat ramah. Kami melihat penampilan Mixhell di 15 menit pertama yang berhasil mengangkat histeria penonton dengan hasil mixing electro/ baile funk / tropicalia plus Igor yang menghajar drum set tanpa ampun.

Setelah menyantap makan malam di food stall, kami memasuki bis, ternyata sudah ada 2 orang bule yang tadi berteriak-teriak saat kami tampil. Pasangan cewek-cowok ini langsung menyapa dan memuji penampilan The Brandals. "Awesome man! You've killed it! It was great!" begitu kata mereka.

Setelah berkenalan, kami kaget bukan kepalang karena ternyata dua orang ini adalah Dan Boeckner & Alexei Perry, personel Handsome Furs yang juga tampil malam itu di Arena Stage. Dari obrolan juga ternyata kami baru tahu kalau Boeckner juga personel Wolf Parade dari label Sub Pop Record.

Satu hal yang membuat kami kagum adalah mereka sangat luar biasa ramah. A genuine music fans who enjoy new experience and meeting new bands. Bandingkan dengan musisi Indonesia yang baru populer taraf lokal tapi arogannya sudah selangit. Sampai di hotel kami sempat berfoto sebelum berpisah, menjadikan penutup misi yang memuaskan. Rocking out the 'Baybeats', meeting Igor Cavalera and a brief chit chat with Handsome Furs. A Good day's worth of work! Until our next gig then! 
music.detikhot.com 
www.thejeo.blogspot.com

Cara Saya berbagi tentang Curhat The Brandals Menuju 'Baybeats Festival' Singapura kepada teman-teman sobat blogger dirumah Tujuan artikel Curhat The Brandals Menuju 'Baybeats Festival' Singapura menambah wawasan Jika Sobat Suka Dengan Curhat The Brandals Menuju 'Baybeats Festival' Singapura dapat sharing dengan yang lainnya

0 comments:

Posting Komentar