Cara Saya berbagi tentang : PSP Bikin Merak Bernuansa 80-an Untuk Menambah Wawasan

Cara Saya berbagi tentang PSP Bikin Merak Bernuansa 80-an kepada teman-teman sobat blogger dirumah Tujuan artikel PSP Bikin Merak Bernuansa 80-an menambah wawasan Jika Sobat Suka Dengan PSP Bikin Merak Bernuansa 80-an dapat sharing dengan yang lainnya Ya udah Langsung saja Membaca PSP Bikin Merak Bernuansa 80-an pada blog ini
Ada yang beda pada Selasa (7/9/2010) petang hingga malam  di Pelabuhan Penyeberangan Merak, Kota Cilegon, Banten, ketika lagu-lagu dari Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (OM PSP) membahana. Lagu-lagu yang dibawakan langsung oleh para personelnya di sebuah panggung yang didirikan di dekat pintu masuk bangunan pelabuhan Merak pun menghadirkan nuansa era 1980-an.


Begitu lagu pertama, Fatimah (dilafalkan sebagai Fatimeh), disuguhkan, sontak puluhan orang yang ada di sekitar panggung itu turut berjoget riang. Suasana gembira tersebut tak pelak menarik perhatian para penumpang bus atau kendaraan pribadi yang baru saja tiba di pelabuhan.
Lokasi panggung memang strategis. Apalagi, dalam jarak waktu sekian menit, panggung sering menjadi tempat berhenti bus transit yang mengantarkan para penumpang dari Terminal Terpadu Merak (TTM) menuju bangunan pelabuhan Merak.
Deretan penumpang yang memilih berjalan kaki melalui selasar gang dari TTM ke loket pun pasti melewati sudut tempat pendirian panggung itu. Jadilah panggung tersebut ibarat magnet yang menarik mata dan telinga para pemudik.
Di panggung, para personel PSP asyik memainkan instrumen musik mereka. Ade memukul gendang, Omen memetik ukulele, dan Monos menjentikkan jarinya di senar gitar. Di dekat mereka Rizali memainkan mandolin, sedangkan Dindin sibuk dengan alat musik "kecimpring". Adapun Andra dengan piawainya mencipta kemeriahan nada dengan perkusi maracasnya.
Selain hadir dengan formasi enam personel asli, PSP, yang pernah populer pada era 1980-an, mengajak pula tiga pemain muda, yakni Fatul, Awe, dan Kudil, yang masing-masing bertanggung jawab secara estetis terhadap alat musik bas, suling, dan mandolin. Lengkaplah sembilan orang dengan instrumen musik itu menggairahkan suasana Pelabuhan Merak.
Ditemui ketika jeda karena ada penampilan dari Teater Wong Kite, Ade mengatakan bahwa Selasa (8/9/2010) malam mereka memenuhi ajakan dari teman kuliah mereka, yakni Fredi Tulung, yang kini menjabat Kepala Badan Informasi Publik Kominfo, untuk membantu memberi informasi berguna bagi para pemudik. Demikianlah, di sela sajian musik PSP, ada pula acara sosialisasi. Pertamina berbicara soal tabung gas dan polisi memberi tips mudik yang aman. Sesekali, Andra turut berpartisipasi dengan ikut bertanya.
***
Beragam genre musik dimainkan oleh PSP. "Ada pop, Melayu, dangdut, pokoknya apa yang kami suka dan masyarakat suka dengerin akan kami mainkan," kata Ade.
Sejumput kisah dibaginya pula berkait dengan kelahiran PSP pada 1978. Menurut Ade, tidak ada hal yang filosofis yang mendasari pemilihan nama Pancaran Sinar Petromaks bagi grup mereka. Semua mengalir begitu saja. "Begini ceritanya. Dulu, pada tahun 1978, ada satu masa perjuangan mahasiswa, namanya gerakan moral. Dari situ kami sering demo, ada aksi mogok kuliah. Saat itu kami jaga (di) kampus, ngamen, berkumpul dengan teman-teman memainkan lagu-lagu Beatles, jazz, folk song, dan termasuk dangdut," kenangnya.
Melanjutkan kisahnya, Ade bertutur, pada saat itu dangdut seolah dimusuhi oleh kalangan elit. Penyuka lagu dangdut kerap dianggap kampungan. Padahal, nyatanya, dangdut hidup di khalayak luas negeri ini. Para personel PSP sendiri tak ragu memainkan dangdut, karena kenyataannya menghibur banyak orang.
Pada zaman mogok kuliah itu, digelar festival band di Kampus Kedokteran UI, di Salemba, Jakarta. "Kami ikut main pakai lagu dangdut itu. Menanglah kami, juara pertama. Ditanya, kelompok kami ini namanya apa. Karena di ujung panggung itu digantung petromaks, maka kami berceletuk saja kalau nama grup kami itu Pancaran Sinar Petromaks. Jadilah nama itu," kenangnya lagi.
Kata "Pancaran" dalam nama grup tersebut, terang Ade, terpengaruh oleh kebiasaan tak sedikit pihak memberi nama grup dengan memakai kata itu. Pancaran Kasih, misalnya. Sementara itu, Orkes Moral sebagai kepanjangan dari OM menggambarkan bahwa grup itu berdiri pada masa perjuangan moral mahasiswa, pada 1978.
Ada lagu-lagu ciptaan sendiri, ada pula lagu-lagu orang yang mereka mainkan. "Yang penting bisa diterima masyarakat untuk menghibur mereka. Enak didengar di telinga dan membikin rileks," lanjutnya.
***
Penampilan PSP di Pelabuhan Merak tersebut merupakan penampilan pertama mereka menghibur para pemudik. Mereka juga menyuguhkan lagu-lagu lainnya, seperti My Bonnie, Milikku, Siksa Kubur, Manusia, dan Ogah Ah. "Kami senang karena pengin menghibur saudara-saudara yang pulang mudik sekaligus membantu memberikan informasi yang benar dan berguna bagi masyarakat," kata Ade.
Bersama iringan lagu-lagu mereka itulah sebagian pemudik yang mendengarnya membawa kenangan 80-an ke kampung halaman untuk berlebaran.
entertainment.kompas.com
www.thejeo.blogspot.com

Cara Saya berbagi tentang PSP Bikin Merak Bernuansa 80-an kepada teman-teman sobat blogger dirumah Tujuan artikel PSP Bikin Merak Bernuansa 80-an menambah wawasan Jika Sobat Suka Dengan PSP Bikin Merak Bernuansa 80-an dapat sharing dengan yang lainnya

0 comments:

Posting Komentar